"Mesantren Sambil Sekolah atau Sekolah Sambil Mesantren?" Oleh Helmi Fauzi Ridwan, S.E Jurnalisme Santri Sumedang |
Di era perkembangan zaman yang begitu pesat,sebuah pendidikan menjadi salah satu hal terpenting bagi warga masyarakat Indonesia.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi seseorang dalam berbagai aspek yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat,dan orang lain.
Pada saat ini,standarisasi jenjang pendidikan menjadi sebuah acuan untuk kepentingan karir seseorang.
Tidak terlepas dari faktor pergaulan lingkungan yang terjadi di masyarakat yang begitu membuat kehawatiran para orangtua.
Terutama kehawatiran kepada anak-anak nya takut terbawa arus oleh pergaulan yang kurang baik,saat ini tidak sedikit yang mengalami kecelakaan hingga menimbulkan gangguan mentalitas karena pergaulan bebas.
Ini menjadi tantangan besar bagi para orangtua,bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga dan menjamin anak-anaknya supaya tidak terjerumus di kemudian hari.
Maka jangan heran banyak orangtua yang menitipkan anaknya di sebuah lembaga pendidikan keagamaan yaitu pesantren.
Pesantren yang sering dicari saat ini yakni pesantren yang ada pendidikan formalnya (sekolahnya).
Namun sayangnya,tidak sedikit orangtua yang belum memahami perbedaan prinsip antara mesantren sambil sekolah dan sekolah sambil mesantren.
Terbukti banyak kejadian ketika seorang orangtua menitipkan anaknya di sebuah lembaga pendidikan islam atau pesantren yang ada sekolahnya berprinsip "nyekolahkan anak sambil mesantren".
Sehingga, seolah-olah yang diutamakan orangtua itu pendidikan formalnya bukan pendidikan pesantrennya.
Ini yang menjadi persoalan yang kerap kali terjadi,tutur bahasa itu menjadi sebuah prinsip penting mana yang utama dan mana yang harus di utamakan.
Padahal sebenarnya makna dari pesantren itu mengutamakan pembelajaran atau pendidikan ilmu agama,adapun sekolah formalnya itu menjadi nomor dua.
Pendidikan formal atau sekolah di sebuah pesantren hanya untuk mengimbangi saja,menjadi tempat refreshing (hiburan) seorang Santri.
Santri di pesantren mempunyai kewajiban untuk mengaji,menghafal dll. Dalam sehari bisa mencapai lima kali untuk mengaji, santri pikirannya terus di olah diasah di genjot untuk berpikir.
Karenanya seorang santri akan sesekali merasakan fase kejenuhan,butuh hiburan untuk merefresh pikirannya.
Itu yang menjadi alasan kenapa pendidikan formal atau sekolah menjadi tempat hiburannya para santri di pondok pesantren.
Maka dari itu,untuk para orang tua yang ingin mesantrenkan anaknya niatkan "mesantrenkan anak sambil sekolah" bukan "menyekolahkan anak sambil mesantren"
Di pesantren itu banyak sekali keberkahan,dipesantren itu banyak pembelajaran tentang kehidupan yang akan menjadi pengalaman bagi santri itu sendiri untuk kelak bekal di masyarakat.
Jika niatnya "menyekolahkan anak sambil mesantren"mending cari saja sekolahan formal yang terbaik di luar sana,jangan di pesantren.
Kita sebagai orangtua jangan hawatir ketika anaknya sedang menimba ilmu di pesantren,karena di pesantren sudah ada yang bertanggungjawab untuk mendidiknya.
Ikhlas kan dan buakakan seluas-luasnya pintu keridhoan kita sebagai orang tua,sebab _Ridhollohu Fii Ridhol walidain, sukhthullohi fii sukhthil walidain_ Ridhonya Allah SWT tergantung pada ridhonya orangtua dan murkanya Allah SWT tergantung pada murkanya orangtua,itu akan menjadi kemudahan bagi anak kita yang sedang menimba ilmu di pesantren.
Cukup do'akan saja supaya anaknya sehat dan menjadi anak yang sholih sholihah supaya kelak bermanfaat bagi orang yang ada di sekelilingnya. ***Helmi
Tidak ada komentar:
Write $type={blogger}